Berita Utama DINAMIKA DAERAH INFOTAINMENT LIPUTAN KHUSUS

Warga Manado Tumpah Ruah Kejalan, Saksikan Iring-iringan Artis AFI 2016

14522997_10205446410199959_4282543586552892854_n

Inimanado – Kegiatan Apresiasi Flim Indonesia (AFI) 2016 di awali dengan Road Show iring iringan Artis yang mengambil start dari Jembatan Soekarno dan Finis di Restoran Pirates Marina Plasa. Terlihat animo masyarakat manado yang turun kejalan untuk menyaksikan dari dekat artis kesayangan mereka saat melintas.

14568154_10205956740475950_363645499024394218_n

Untuk kegiatan dibagi dua yakni, kegiatan semi formal yang akan dilaksanakan di Manado Town Squer (Mantos) serta formal yang akan dilaksanakan di Grand Kawanua yaitu puncak acara penganugrahan AFI 2016.

14517640_10205956740355947_4998681220361141611_n

AFI ke 5 tahun ini menganugerahkan Piala Dewantoro untuk 19 kategori ditambah dengan penghargaan Inspiratif terdiri atas Apresiasi Adi-Karya, Apresiasi Adi-Insani.

“Tahun ini yang mendaftar AFI sebanyak 345 judul film,” ujar Ketua Dewan Juri, Embi C Noer saat konferensi pers usai pawai artis, Jumat (7/10/2016).

14570505_10205446396399614_5550329315439498689_n

Kriteria penilaian AFI menurut Embi C Noer ditekankan pada pembangunan karakter bangsa, sesuai dengan misi dari Mendikbud dan apresiasi juga atas kreatifitas dan budaya serta kearifan lokal.

14601109_10205446386119357_7138818904372579184_n

Lebih Lanjut Embi C Noer mengatakan bahwa dalam penilaian AFI, tidak ada kriteria unsur-unsur, tidak ada yang terbaik, semuanya dinilai sebagai satu kesatuan yang utuh, hanya karya-karya film, apresiasi bagi lembaga pendidikan, komunitas film dan penghargaan terhadap karya yang dianggap penting di Indonesia termasuk karya-karya yang lama dan baru dinilai dan juga penghargaan terhadap tokoh yang memiliki jasa dalam dunia perfileman.

14492329_10205446410719972_6156102030845641539_n

“Jadi di AFI tidak ada unsur-unsur, tetapi film secara utuh, kemudian non film yang terdiri dari asosiasi, komunitas, lembaga pendidikan, tokoh dan film yang monumental atau historis,” pungkasnya.          (anto mochtar)