inimanado.com, MANADO – Taman Nasional Bunaken masuk dalam destinasi wisata prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 (lihat grafis). Dari ribuan destinasi wisata Indonesia, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI menetapkan Bunaken menjadi wisata andalan Indonesia 2015-2019. Sayangnya, kilau Bunaken saat ini mulai pudar. Banyak wisatawan mancanegara (Wisman) mulai enggan berkunjung ke objek wisata unggulan Sulut ini. Penyebab utamanya adalah sampah. “Saat tiba di Manado, wisatawan akan disambut dengan bau anyir dan sampah. Pelabuhan penyeberangan dari Manado ke Bunaken, sangat jorok. Image Bunaken menurun jauh,” ungkap Jeremy, pengusaha Safari Tour di Sulut. Selain itu, tarif transportasi speed boat menuju Bunaken sangat mahal. “Bunaken harusnya kita utamakan, tapi justru tidak dipelihara,” ujar General Manager Peninsula Jonathan Mokalu.
Terpisah, Kepala Disbudpar Sulut Ir HTR Korah MSi mengakui, akses menuju Bunaken memang sudah parah. “Di Kuala Jengki tempat penyeberangan kotornya minta ampun. Tapi ini wewenang pemerintah kota. Kita akan komunikasikan dengan mereka,” ujarnya. Makanya, desakan agar wisata Sulut gencar dipromosi menjadi dilematis. Karena mempromosikan destinasi yang belum siap, justru akan mempermalukan daerah sendiri. “Sekarang begini, bagaimana kita promosi kalau tidak siap. Harusnya kita sudah siapkan dulu,” jelasnya. Menurut dia, terbatas jika hanya Pemprov mengelola wisata daerah. Harus ada peran kabupaten/kota, pusat, bahkan pengusaha itu sendiri. Pariwisata itu, kata dia, tidak harus selalu pemerintah. Apalagi, anggaran Disbudpar terbatas. “Tahun ini memang kurang anggarannya. Soalnya ada lintas sektor. Dianggarkan untuk pendidikan kesehatan serta infrastruktur,” katanya. Tahun 2015 ini, memang sudah direncanakan penambahan anggaran pariwisata dalam APBD perubahan. “Kita harap ada tambahan anggaran. Kita akan benahi lokasi pariwisata di Sulut sesuai kemampuan,” tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif DPTNB Boyke Toloh mengatakan, saat ini Bunaken dikepung berbagai persoalan yang kompleks. Ini karena letak Bunaken dekat dengan Manado yang padat aktivitas kemasyarakatan. “Sampah menjadi problematika masalah besar sepanjang usia Bunaken dan belum terpecahkan hingga kini,” bebernya. Aksesibilitas yang tinggi dari dan ke kawasan Bunaken menyebabkan volume sampah meningkat pada waktu-waktu tertentu. “Dan sampah tersebut akhirnya bermuara ke Bunaken. Inilah yang menjadi permasalahan yang berdampak pada citra Bunaken,” pungkas Toloh. (Yudi)