Inimanado- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STKES) Halmahera berhasil menerbitkan Internasional Jurnal Of Health Medicine and Curent Research (IJHMCR). Ketua STIKES Halmahera Dr dr Arend Laurence Mapanawang Sp.PD finasim, menuturkan telah hadir journal internasional kesehatan kedokteran di Indonesia. Dikatakannya, IJHMCR yang walaupun baru beberapa hari, namun lanjut Alumni Sarjana Kedokteran Unsrat, telah terinde oleh Thomdon Reuter esci web of science. “Jurnal intrnasional dengan area subjek kesehtan kedokteran dan perawat bidan farmasi kesehatan olahraga herbal marine dan kesehatan makanan ini merupakan hasil perjuangan keras. Serta lahirnya IJHMCR tidak terlepas dari beberapa ex promotor desertasi di Universitas Gadja Mada (UGM), antaranya Prof dr Mubarikha mantan ketua S3 FK UGM, Prof Mustofa Apt mkes, Prof Lukman hskim Msc.Dr dr Mahardika AW dan Dr Rina Handayani Mkes,” ungkap Mapanawang, putra peranakan Loloda – Talaud.
Lanjut Alumni Fakultas Kedokteran (Faked) Unsrat spesialis penykit dalam, mengungkapkan tak terduga Thomson reuter index meregis journal IJHMCR temuan dari STIKES Halmahera. Tambahnya, ini jurnal pertama di tanah air, terkait jurnal kesehatan kedokteran. “Memiliki kebanggan tersendiri karena baru 12 Perguruan Tinggi (PT) yang journalnya terindex Thomson Reuter dan juga scopus di Indonesia. Seperi Universitas Indonesia (UI), ITB, UGM, IPB, UNPAD, AIRLANGGA, UNS dan termasuk STIKES Halmahera,” jelas Alumni S3 Kedokteran Kesehstan FK UGM.
Dia pun mengungkapkan bahwa, IJHMCR adalah satu -satunya journal internadional di bidang kesehtan kedokteran yang masuk dalam data list Thomson Reuter. “Saya bangga, karena berada di antara jurnal – jurnal Eropa dan USA. Walaupun baru tiga (3) kali terbit, tapi sudah dapat pengakuan dunia. Semoga dapat dipertahankan,” ungkap Mapawanang, sembari menambahkan, satu keunikan IJHMCR memiliki editor board mewakili 5 benua. Dan tidak dimiliki oleh jurnal – jurnal lain.
Selain itu juga, menjadi persyaratan utama dosen wajib riset dan publikasi pada jurnal internadional. Lanjutnya, terutama yang dari lektor ke lektor kepala dan ke guru besar. Tambah Mapanawang, mereka harus ada publikasi pada jurnal yang terindex diakui Dikti ada dua, yaitu Thomsin Reuter dan Scopus. “Tidak perlu menjadi kelas dunia, tapi minimal dikenal dunia,” tandas Mapanawang yang dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi.
(***)