Inikampus- Para Dosen dan ribuan Mahasiswa menggelorakan aksi Bela Negara, yang digagas Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Rabu (17/05).
Sebagaimana diketahui, gerakan Aksi Bela Negara ini berlangsung di Depan Gedung Rektorat Unsrat, sekitar pukul 09.00 pagi tadi. Beberapa orator menyampaikan orasinya, dan dilanjutkan aksi “long march” alias jalan panjang dimulai dari Lapangan sepak bola Unsrat, menuju jalan raya Boulevard dan kembali di depan gedung rektorat Unsrat.
Pada kesempatan itu, Wakil Rektor (Warek) Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Prof Hengky Kiroh memaparkan bahwa, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu harga mati. Artinya, kampus menjadi pelopor atau garda terdepan untuk memberantas masuknya organisasi radikalisme.
“Kami warga kampus cinta damai di Sulawesi Utara dengan ini menyatakan, Pancasila, Undang -undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia Harga mati. Serta menolak semua bentuk organisasi dan kegiatan radikal, ekstrim dan intoleransi yang langsung atau pun tidak langsung merongrong eksistensi keempat pilar kebangsaan Indonesia,” tegas Kiroh, seraya mengatakan NKRI harga mati berulang kali.
Lanjut dikatakan Warek III ini, Unsrat secara institusi mendukung sistem kenegaraan kita. Dikatakannya, nasionalisme kita tidak bisa digadaikan dengan apapun. “Mendukung, menghormati sekaligus menjunjung tinggi sistem kenegaraan yang sah dan berdaulat. Kami juga siap mengawal, berjuang membela sampai tetes darah,” cetus Kiroh dalam orasinya.
Tambahnya, sebagai anak bangsa harus terus mengelorakan semangat kebangsaan. “Terus menumbuhkan, memelihara, menguatkan semangat persaudaraan dan toleransi diantara sesama anak bangsa,” ujarnya semebari mengajak bersama -sama kita teruskan pesan yang disampaikan.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Prof Benny Pinontoan menyampaikan orasinya, sebagai civitas akademik, saatnya kita bersatu melawan paham radikalisme. Karena menurutnya, Pancasila tidak bisa diobrak-abrik, jika ada organisasi atau kelompok tertentu yang melakukan, tegas Pinontoan, kita menolak keberadaannya di Indonesia. “Oleh sebab itu, siapapun yang berani merongrong ideologi kita, mereka tidak bisa hidup di Indonesia,” katanya.
Terlihat, hal senada disampaikan orasinya oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fispol) Dr Novie Pioh MSi.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Mahasiswa (Presma) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsrat Combyan Lombongbitung menyatakan, Mahasiswa Sulawesi Utara menyatakan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat diganggu gugat. “Mendukung sikap toleransi antar umat beragama,” teriak Combyan disambut massa aksi, meneriaki hidup rakyat, hidup mahasiswa.
Combyan mengungkapkan, mahasiswa mengecam segala bentuk politik perpecahan. Menurutnya, kita harus memaknai perbedaan dalam bingkai kebinekaan. “Kami mahasiswa mendorong Pemerintah dalam mengatasi penyebaran informasi hoax yang dapat memecah bela Bangsa dan Negara,” tandas Mahasiswa Fispol ini, seraya meyatakan terimalah salam perjuangan dari saya, hidup mahasiswa, hidup rakyat.
Tampak hadir dalam aksi ini, perwakilan kampus Politeknik Manado, Universitas De La Salle, juga Unima.
(*/dyL)