inimanado.com, MANADO – Produksi Industri Manufktur Mikro dan Kecil Sulawesi Utara (Sulut) pada triwulan I 2015 mengalami penurunan sebesar 6,81 persen jika dibandingkan dengan produksi pada triwulan IV 2014 (q to q). “Namun demikian jika dibandingkan dengan triwulan I 2014 (Y o Y) mengalami kenaikan sebesar 2,70 persen,” ujar Kepala Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik Sulut Sirly Worotikan. Penurunan produksi industri manufaktur mikto dan kecil di Sulut dipengaruhi oleh turunnya secara signifikan pertumbuhan produksi pada industri pakaian jadi, yaitu sebesar 14,11 persen, industri barang galian bukan logam (12,45 persen). Industri kulit, brang dari kulit dan alas kaki (11,46 persen) dan industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya (11,18 persen). Industri manufaktur mikro dan kecil di Sulut banyak tersebar di Minahasa Utara (Minut), Minahasa Selatan (Minsel), Minahasa, Kepulauan sangihe dan Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel).
Industri tersebut dikembangkan oleh masyarakat Sulut pada umumnya berbahan dasar dari jasil pertanian. Minahasa dan Minsel merupakan daerah potensial dalam kegiatan industi mikro dan kecil yang banyak mengembangkan industri minuman kerada dan kopra. Untuk Minut masih banyak industri mikro dan kecil dari pengelolaan pertambangan emas rakyat. “Kepulauan Sangihe banyak mengembangkan industri pandai besi yang menghasilkan parang, pisau dan alat pertanian,” tutur Worotikan. Terpisah, Kabid Kabid Fasilitasi dan Pengembangan IKM Disperindag Sulut Alwy Pontoh mengungkapkan pihaknya terus berupaya meningkatkan IKM dengan berbagai pembinaan dan pemberian bantuan. “Namun kami tidak bisa memberikan kepada seluruh IKM di Sulut, anggaran dari pemerintah terbatas,’ tuturnya. Menurutnya pemerintah dalam hal ini hanya menstimulus beberapa IKM, agar yang lainnya ikut berkembang. saat ini jumlah IKM di Sulut sekitar 50 ribu lebih. (Yudi)
