Berita Utama LIPUTAN KHUSUS PENDIDIKAN

PMII Manado Gelar Dialog “Lawan Radikalisme Wujudkan Cita-cita Pancasila”

BeautyPlus_20171124033546_save

Inimanado- Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Manado menggelar dialog kebangsaan dengan tema ‘Bangun persatuan nasional: Lawan radikalisme, mewujudkan cita-cita Pancasila’, yang berlangsung di Bersehati Hotel (MBH) Manado, Kamis (23/11).
BeautyPlus_20171124033430_save

Pada kesempatan itu, menurut Ketua PMII cabang Manado sahabat Jafar Noh Idrus, bahwa dengan adanya dialog ini kita melihat kembali kebelakang sejarah bangsa Indonesia yang kini tidak sesuai lagi dengan semangat perjuangan kaum muda, semangat nasionalisme yang dibangun oleh pejuang-pejuang kita dari 1908 dan 1928 yang dikatakan sebagai konsensus bernegara, semangat ini yang mulai hilang sehingga pola pikir dan pengetahuan kita tidak lagi memperbaiki bangsa kita sehingga adanya paham-paham yang merusak negeri kita sendiri, sehingga dengan adanya dialog ini maka kami dari PMII mengangkat tema ‘bangun persatuan nasional: lawan radikalisme, mewujudkan cita-cita Pancasila’.

Sementara itu, Sekretaris Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA-PMII) Manado Sahabat Abdul Gafur Subaer SH mengatakan tema dialog hari ini ‘bangun persatuan nasional: lawan radikalisme, mewujudkan cita-cita Pancasila’, bahwa dalam tema ini sudah kelihatan PMII Manado menegaskan sikapnya terhadap Indonesia bahwa keluarga besar Nahdlatul Ulama dan keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia menolak radikalisme, bentuk fundamental di negara ini kita tolak, jadi radikalisme tidak hanya lahir dari bentuk fundamental agama tapi juga dari fundamental budaya dan fundamental apa saja yang berlawanan dengan Pancasila itu menurut kami, dan satu-satunya idieologi kita adalah pancasila.

Pada kesempatan yang sama, AKBP Drs Bambang Dwi Wijatmiko yang mewakili Kapolda Sulawesi Utara mengatakan, bahwa latar belakang pengaruhnya globalisasi mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara, tindakan radikalisme merupakan acaman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, tindakan radikalisme bukan semata tindakan keriminal dan keamanan namun juga permasalahan kesatuan bangsa, jadi radikal disini menurut bahasa adalah faham atau aliran yang menginginkan perubahan dengan cara kekerasan, atau menurut orang kristen menurut definisi adalah konsepsi sikap jiwa dalam mengusung perubahan dan cenderung mengusung kekerasan serta menghalalkan segala cara. Faham yang merasa paling benar, inklusif radikalisme juga menjugkirbalikan kehidupan bernegara yang bertolak dari pacasila dan UUD 45.

“Kita mulai memberikan pemahaman kepada masyarakat, bisa adik-adik membantu bersama kepolisian, toko agama. Jika terosis telah masuk, maka bisa dikeluarkan melalui meningkatkan hidup kebersamaan, perkuat nasionalisme, pendidikan karakter, berwawasan kebangsaan, serta perkuat idiologi bangsa dan pemahaman yang baik dari agamanya,” pungkas Sujatmiko.

Untuk diketahui, acara ini di mulai dengan menyayikan lagu kebangsaan Indonesia raya dan Mars PMII, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dan terakhir dialog kebangsaan.

Tampak hadir dalam dialog ini, Wakapolda Sulawesi Utara yang di wakili AKBP Drs Bambang Dwi Wijatmiko, Prof.Dr. Benny Pinontoan, M.Sc (Dekan Fak. MIPA Unsrat), Pnt. Feki Korto, ST (Komisi Pemuda Sinode GMIM), Denni H.R. Pinontoan, M.Teol (Akademisi) dan Efendi Gani, SE (Wakil Sekretaris PW GP. Ansor Sulut). Juga, 136 peserta yang terdiri dari organisasi cipayung plus, organisasi intra kampus seluruh universitas di Manado dan organisasi paguyuban-paguyuban di Manado.
(*/dyL)